Senin, 04 April 2011

Pencapaian Rekor MURI Ternyata Menghasilkan Keluhan

Jubi – Meski hasil pencapaian rekor MURI (Museum Rekor Indonesia), Jumat (18/3) menjadi kebanggaan pemerintah dan sebagian kalangan, ternyata torehan prestasi itu berbuntut keluhan warga Kamoro.
Keluhan itu diantaranya diketahui Jubi Sabtu (19/3) dari salah seorang peserta atau pengukir (pemahat) dalam event HUT Mimika itu, Policarpus Atahapoka yang berasal dari kampong Logg Pound (Pigapu).
“Kami sesalkan karena kami pikir hasil kerja itu akan dibeli pihak pemerintah, ternyata tidak. Begitu selesai panitia hanya bilang terima kasih saja,” aku Policarpus.
Nampaknya pada kegiatan pemahatan massal dalam rangka HUT Kabupaten Mimika ke-10 untuk memecahkan rekor MURI itu, masyarakat pemahat ini (warga Kamoro) hanya dijadikan obyek oleh pemerintah, walau hasilnya memberikan prestisius bagi daerah dan rakyat Mimika dan Papua secara umum.
Dijumpai di dusunnya, Policarpus mengakui awalnya masyarakat berpikir bahwa hasil kerja itu nantinya akan dibeli oleh pemerintah atau siapa pun, ternyata harapan itu hanya isapan jempol saja.
Kepada para wartawan pada peringatan HUT Mimika di halaman Graha Eme Neme Yauware, Bupati Mimika, Klemen Tinal, SE., MM menekankan bahwa moment pencapaian rekor MURI bagi rakyat Mimika melalui kegiatan pemahatan massal kali ini merupakan suatu kebanggaan tersendiri bagi daerah dan rakyat Mimika.
“Kita bangga atas prestasi pencapaian rekor MURI oleh masyarakat Mimika khususnya masyarakat suku Kamoro yang  telah mengharumkan nama Mimika ke seluruh pelosok tanah air,” ujar Bupati Klemen Tinal.
Bahkan dirinya sempat berjanji akan membuat langkah kongkrit bagi masyarakat pemahat di Mimika melalui sejumlah program yang produktif, seperti pelatihan dan sanggar-sanggar pemahat bagi masyarakat. Termasuk kegiatan festival budaya untuk melestarikan budaya warga asli di kabupaten Mimika,” janji Bupati Tinal.
Meski sejumlah janji-janji sudah diungkapkan oleh Bupati Mimika, namun Policarpus tak bisa menutup kekecewaannya pada hajatan prestisius penciptaan rekor MURI dan sempat mengatakan kalau warga Kamoro benar-benar kecewa karena hasil karyanya seperti tidak dihargai.
Warga Kamoro yang mendiami pesisir pantai kabupaten Mimika, memang memiliki tradisi memahat yang turun temurun dari nenek moyang, namun hingga kini belum mendapat perhatian dari pemerintah setempat, sehingga hasil karya mereka harus dijual murah karena terhimpit kebutuhan ekonomi. (sam wanda)

Tidak ada komentar:

Posting Komentar